Indahnya Kepingan Masa Lalu di Prancis Selatan

Indahnya Kepingan Masa Lalu di Prancis Selatan – Siapa yang tak mengenal kota Paris? Kota yang terkenal dengan keromantisannya dan menjadi salah satu tujuan wisata utama di dunia. Tetapi Paris bukanlah satu-satunya kota yang indah di negara penghasil anggur ini. Perancis terkenal dengan peninggalan bersejarah yang tersebar di segala penjuru negeri, tidak terkecuali di bagian selatan.

Indahnya Kepingan Masa Lalu di Prancis Selatan

Apabila Anda pecinta sejarah dan memiliki kesempatan ke Paris, lalu memiliki waktu luang, Anda dapat mencoba perjalanan ke Perancis Selatan dengan Itinerary Paris – Les Baux de Provence – Avignon – Nîmes – Aigues-Mortes – Arles – Marseille – Aix-en-Provence untuk sekadar menikmati kepingan masa lalu. idn slot

1. Les Baux de Provence

Perjalanan Marseille – Les Baux-de-Provence menghabiskan waktu berkisar 1 jam dengan mengendarai mobil. Les Baux-de-Provence adalah salah satu desa tercantik Prancis dengan objek wisata sejarah yang menakjubkan. Terletak di bebukitan, diperkirakan tempat ini sudah didiami oleh bangsa Celt sejak 6000 SM. idn slot

Sejarah yang paling menarik adalah selama abad pertengahan, Baux-de-Provence merupakan tempat bagi para Lords of Baux dan memerintah secara feodal atas 76 kota dan benteng di Provence, Dauphiné dan Italia. Wilayah kekuasaan tersebut dikenal sebagai “Terres Baussenques” atau Baux lands. www.benchwarmerscoffee.com

Indahnya Kepingan Masa Lalu di Prancis Selatan

Dengan mengklaim diri sebagai keturunan Magus King Balthazar, dinasti Baux yang ambisius itu menjadikan Star of Bethlehem sebagai lambang kekuatan dan menyebarkan otoritasnya di wilayah Provence. Dinasti kekuasaan lords of Baux berakhir pada tahun 1426 dengan kematian Alix, putri terakhir dinasti Les Baux.

Mengunjungi desa Les Baux hanya dapat dengan berjalan kaki, agar dapat menikmati arsitektur sisa-sisa monumen sejarah desa tersebut. Sisa reruntuhan kastil “Citadelle des Baux” berada di atas bukit desa. Untuk menjelajahi reruntuhan tersebut dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Di pintu masuk disediakan juga audio guide dalam bahasa Inggris yang menceritakan sejarah dari kastil tersebut.

2. Avignon

Melanjutkan perjalanan dari Les Baux-de-Provence menuju Avignon memakan waktu sekitar 45 menit. Avignon merupakan kota penuh sejarah abad pertengahan. Pusat kota bersejarahnya, Pope’s Palace, seluruh bangunan episcopal dan jembatan Saint Bénézet berada dalam daftar World Heritage UNESCO.

Avignon terkenal karena merupakan kota tempat para Paus melarikan diri dari Roma yang penuh korupsi pada abad ke-14. Di sinilah dibangun Palais des Popes, yang merupakan bangunan Gothic terbesar di dunia. Kota ini “dihiasi” dengan bangunan dan monumen dari zaman sangat dahulu, kemudian zaman dahulu, hingga zaman sekarang, sehingga menjadikannya seakan kota yang ageless.

Office de tourisme yang terletak di jalan utama menyediakan peta kota, daftar hotel dengan berbagai harga, restoran dan tempat-tempat wisatanya. Kota tersebut berukuran kecil dan sangat mudah untuk berjalan kaki. Perjalanan dengan boat dapat dilakukan di sungai Rhone.

Hal yang harus diperhatikan adalah apabila ada orang atau sekelompok orang yang meminta tanda tangan petisi. Mereka akan mengaku bekerja untuk Palais des Popes atau pemerintah kota Avignon, yang tentu saja tidak benar. Apabila Anda berhenti dan menandatangani petisi, maka mereka akan meminta Anda memberikan uang donasi. Jadi sebaiknya Anda tidak perlu memedulikan mereka dan tetap berjalan saja.

Setengah hari ketiga dapat Anda habiskan di kota Avignon. Dalam perjalanan ke Nîmes, Anda dapat singgah terlebih dahulu di Pont du Gard yang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja. Pont du Gard adalah sebuah aquaduk kuno Romawi yang dibangun abad ke-1 dan melintasi sungai Gardon, serta terdaftar dalam World Heritage UNESCO.

3. Nîmes

Waktu yang dibutuhkan dari Pont du Gard ke Nîmes sekitar 30 menit. Di kota ini Anda dapat mengunjungi Roman Coliseum yang hampir mirip dengan yang di Roma, serta relik-relik peninggalan bangsa Romawi.

Les Arene atau Roman Amphitheatre yang dibangun pada tahun 100 Masehi. Dapat dikunjungi hari-hari biasa, namun di bulan September menjadi tempat diselenggarakannya festival adu banteng oleh matador.

Menu khas kota ini disebut “brandade”, yaitu ikan cod yang dipotong-potong dan dicampur dengan mashed potatoes, susu, bawang putih, dan minyak zaitun. Selain itu dapat juga mencoba “Gardiane de taureau”, yaitu semacam risoles dengan daging banteng dan sayuran.

Jika ingin menghemat, Anda dapat mencoba “La Truyes qui Filhe”, yaitu restoran dengan self-services dan menyediakan makanan sederhana. Restorannya sendiri berbentuk tavern antik yang dibangun abad ke-14 dan hanya buka saat makan siang.

4. Aigues-Mortes

Dari Nîmes ke Aigues-Mortes dibutuhkan waktu 45 menit perjalanan dengan mobil. Menurut sejarah, kota ini didirikan oleh Marius Caius pada tahun 102 SM. Raja Louis IX atau Saint Louis membangun kota ini sebagai pelabuhan tempat pemberangkatan tentara perang salib ke-7 pada tahun 1248 dan ke-8 pada tahun 1270.

Saint Louis kemudian membangun banteng di Aigues-Mortes, selain untuk tentaranya juga untuk menguasai produksi garam di daerah tersebut. Antara tahun 1575 hingga 1622, Aigues-Mortes merupakan salah satu tempat pelarian bagi kaum Protestan yang mengakibatkan “Camisard War” di awal abad ke-18 antara kaum Languedoc dan Cévennes.

5. Arles

Dari Agues-Mortes menuju Arles hanya membutuhkan waktu 45 menit. Di kota ini lah pelukis Belanda terkenal, Vincent Van Gogh, banyak memproduksi karya. Karena letak geografisnya yang strategis, kota ini sudah diduduki oleh bangsa Ligurians pada 800 SM, yang kemudian diikuti oleh bangsa Gaia, Phoenician, dan lalu bangsa Romawi pada tahun 123 SM. Pusat kotanya merupakan World Heritage Site UNESCO dengan bangunan-bangunan peninggalan Romawi menjadi pusat objek wisata.

Indahnya Kepingan Masa Lalu di Prancis Selatan

Tourist Office kota tersebut juga menawarkan Van Gogh Walking Tour yang memperlihatkan tempat-tempat objek lukisan Van Gogh. Hal lain yang menarik adalah tradisi bullfighting atau adu banteng yang dibawa dari Spanyol pada abad ke-19 masih dilakukan. Tradisi yang disebut corrida ini dilakukan pada dua festival ferias, yaitu saat Paskah dan di bulan September yang disebut Feria du Riz. Sedangkan variasi lain dari adu banteng disebut course camarguaise diadakan sekitar akhir musim semi dan awal musim gugur, Untuk variasi ini, matador tidak membunuh banteng, namun hanya menyematkan bunga mawar di antara dua tanduknya.

Menu khas lokal diantaranya broufade, yaitu beef stew tradisional yang dimakan oleh para pelaut di atas kapal mereka. Selain itu menu daging banteng atau taureau de Camargue banyak disediakan di restoran-restoran kota itu.

6. Aix-en-Provence

Tidak ada salahnya untuk mampir ke Aix-en-Provence yang menempuh waktu sekitar 1 jam dari Arles. Kota yang didirikan tahun 123 SM oleh Konsul Romawi Sextius Calvinus saat ini merupakan rumah dari tiga universitas, yaitu Université de Provence Aix-Marseille I, Université de la Méditerranée Aix-Marseille II dan Université Paul Cézanne Aix-Marseille III. Aix juga memiliki beberapa sekolah-sekolah kursus untuk bidang seni dan desain serta program studi internasional.

Seperti layaknya kota pelajar, kota ini juga memiliki tempat-tempat makan dan kafe-kafe. Salah satunya brasserie yang terkenal di Cours Mirabeau bernama “Deux Garçons” yang didirikan pada tahun 1792 dan menjadi tempat nongkrong Paul Cézanne, Emile Zola dan Ernest Hemingway.